cerita kecil yg mengigit telinga dosen.

intermezzo (boleh dibaca, ngga juga gpp): pagi itu dia(my lovely) coba bangunkan Q dan meminta tolong untuk mebuatkan tugas kuliah yang harus di kumpulin pagi itu juga dengan topik Pengalaman Spiritual saat Ramadhan, yang memang kebetulan Q msh kucek mata. Mulailah semangat mengetik pagi itu walau harus berangkat kerja. (semangat demi cinta) mulai pengerjaan satu jam kurang lamanya dikantor. nih isinya..

------***------***------***------***------***------***
Barokah Puasa dalam Mudik Lebaran
(Pengalaman Spiritual Ramadhan)


Saya mendapatkan pengalaman spiritual ramadhan ketika mudik lebaran, yang memang banyak diantara masyarakat indonesia pada umumnya mengadakan mudik bersama keluarga setiap tahunnya untuk berkumpul bersama sanak saudara dan saling bersilaturahmi. Kami berangkat pada malam hari sekitar pukul 10.00 wib, dengan semua persiapan yang sudah disiapkan sebelumnya mulai dari packing pakaian untuk 5 hari, mengecek kondisi kendaraan layak jalan Dan bekal diperjalanan. Setelah semua siap kami berangkat dengan beberapa anggota keluarga tambahan juga keponakan-keponakan yang masih lucu-lucu juga ikut meramaikan suasana jadi menambahkan warna-warni perjalanan.
Malam pun berlalu dengan perasaan yang tak dapat di lukiskan karena dapat bertemu dengan saudara, keponakan, pakde, bude, om, tante dan lainnya yang biasanya sibuk dengan aktifitasnya masing-masing kini semua berkumpul jadi satu, meskipun ada saudara yang tidak bisa ikut pulang karena ada alasan pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan. Pagi pun berlalu menyambut siang hari yang panas dan menyengat, disaat itu banyak saudara saya yang tidak mampu menahan suasana panas yang luar biasa menyengat di tambah macet yang berkepanjangan juga haus yang mengerogoti tenggorokan. Karena puasa adalah momentum yg klop saat hati yg berlumur dosa, ingin dibersihkan sehingga menjadi hati yg bersih. Banyak pemikiran dan pembicaraan orang yang mengatakan bulan ramadhan adalah bulan yang baik jika Ingin bertobat.
Saya teringat saat berkumpul dengan teman satu pengajian dan sempat menanyakan pada beberapa Ustadz, apakah boleh seorang musafir berpuasa dan bagaimana hukumnya?
Dia boleh memilih di antara dua pilihan tadi. Namun, bagi seorang musafir, ia mendapat rukhsoh (keringanan) untuk mengqoshor dan menjamak shalatnya serta tidak berpuasa. Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala suka jika rukhsohnya diambil, sebagaimana juga suka jika kewajibannya dilaksankan.” (HR At-Tabrani dan Al-Bazaar)
Tetapi kalau dia merasa, bahwa puasa adalah lebih ringan bagi dirinya, maka sebaiknya dia berpuasa. Sebagaimana Rasulullah saw berpuasa dalam beberapa perjalannya. Disebutkan dalam hadits:
“Kami berperang bersama Rasulullah saw di bulan Ramadhan. Diantara kami ada yang puasa dan berbuka. Maka yang berpuasa tidak menghina kepada yang tidak berpuasa, begitu juga bagi yang tidak berpuasa kepada yang berpuasa. Dan memerintahkan sahabatnya untuk berbuka. Bagi mereka yang melihat bahwa mereka kuat berpuasa, maka itu baik. Dan jika mereka melihat ada kelemahan, kemudian berbuka, maka itu juga baik.” (HR Muslim)
Dalam hadits lain Rasul saw berkata: “Engkau akan bertemu musuh maka kuatkanlah. Dikatakan oleh sahabat: “Wahai Rasulullah saw sebagian manusia berpuasa karena melihat engkau berpuasa, tetapi ketika sampai Al-Kadid, mereka berbuka. Berkata orang yang berbicara padaku: “Saya telah melihat Rasulullah saw mengusap air di atas kepalanya karena panas dan beliau berpuasa.” (HR Ahmad)

Kaidah hukum bagi musafir adalah dia disuruh memilih antara puasa dan berbuka, akan tetapi jika berpuasa tidak memberatkannya maka puasa lebih utama. Para sahabat Radhiyallahu ‘anhum bepergian bersama Nabi Muhammad SAW, sebagian mereka ada yang berpuasa, sebagian yang lain berbuka, orang yang berbuka tidak mencela orang yang berpuasa, sebaliknya orang yang berpuasa tidak mencela orang yang berbuka, sedangkan Nabi Muhammad SAW berpuasa di waktu bepergian, Abu Darda Radhiyallahu ‘anhu berkata : “Kami bepergian bersama Nabi Muhammad SAW dalam keadaan yang sangat panas, tiada seorangpun diantara kami yang berpuasa kecuali beliau dan Abdullah bin Rawahah”.
Saya bersyukur bahwa puasa yang di jalani selama satu bulan lamanya tidak ada yang bolong, banyaknya godaan dari banyak aspek misalnya godaan lapar dahaga, letih, harus mampu menahan emosi juga yang terberat menahan hawa nafsu. Dari berbagai macam halangan tersebut saya bersyukur, bahwa saya mampu melewati itu semua dengan usaha yang tidak mudah dan membutuhkan semangat spiritual yang tinggi.

Disitu lah saya menemukan suatu kekuatan yang tidak dapat di gambarkan, tapi mampu menambah dan meningkatkan keimanan dalam diri.

------***------***------***
setelah selesai tak kirim ternyata dosennya ga masuk karena ada halangan hihii pada ngetiknya dah gila2an sampe keriting2 deh nie tangan... tapi ttp seneng aja buat persembahan tuk my lovely.

Komentar

Postingan Populer